Tuesday, July 5, 2011

Sekilas pengertian aktor

Aktor Harus "Menjadi"
Bukan "Seperti"

M.Noerdianza

Menanti fajar terbit diufuk timur tanpa mata terpejam, sementara cacing-cacing di dalam perut menangis menunggu makanan, ayam jantanpun terdengar berkokok. Hari itu adalah pertemuan yang sangat berharga bisa berhadapan langsung bersama aktor membahas tentang sekelumit perasaan di saat pertunjukan berakhir. Masing-masing memiliki perbedaan pikir dan rasa. Hal ini menjadi ilmu yang sangat berharga bagi penulis, sebab pengalaman itu adalah guru yang terbesar. Dalam proses keaktoran, pengalaman itu menjadi kekayaan diri seorang Aktor. Jangan sekali-kali merasa puas dengan apa yang ditemukan dalam realitas sosial, cukup merasa bangga dengan apa yang didapatkan, bukan berarti kebanggaan itu dijadikan suatu kesombongan, akan menenggelamkannya pada kesombongan.
Aktor tidak hanya menghafal dialog dalam naskah atau menggerakkan tubuh fisiknya begitu saja. Melainkan bagaimana merangsang alam imajinya melalui perenungan lalu merasakannya hingga menemukan makna yang tersembunyi di dalamnya. Aktor tidak hanya sebatas “SEPERTI” tetapi harus “MENJADI”. Kalau hanya sebatas seperti yang muncul hanya kepalsuan, sama halnya ruang kosong yang hampa. Jika aktor menjadi, ruang kosong yang hampa terlihat menjadi hidup. Sebab inner kekuatan dari dalam tubuh Aktor memancar mengisi ruang-ruang kosong itu. Sehingga emosi penonton terbawa oleh irama atau suasana permainan.
Bakat tidak menunjang sukses dan tidaknya seseorang tanpa didukung oleh kemauan besar. Dunia seni khususnya teater tidak memandang apakah ia berbakat atau tidak, apakah sebelumnya ia berpengalaman atau tidak, yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas utama adalah menghargai proses kreatif. Terutama penghargaan terhadap waktu, kemauan, semangat dan rasa ingin tahu yang besar, sudah barang tentu apa yang ingin dicapai pasti akan berada dalam genggaman. Dalam dunia Akting jangan mengejar estetika atau keindahan, melainkan pengejaran kebenaran terhadap karakter tokoh, melalui analisis tiga dimensi tokoh. Ketika menemukan kebenaran itu, estetika atau keindahan akan muncul dengan sendirinya..oleh sebab itu jangan sekali-kali hanya berpikir, tetapi rasakan apa yang anda perbuat... pikir dan rasa bagai lampu dan saklar. apabila pikir dan rasa menyatu mengalir ke tubuh fisik maka anda nampak “Menjadi” bukan “Seperti”.

No comments:

Post a Comment