M.Noedianza
Realis dalam seni
Realis adalah sesuatu yang nyata. Segala sesuatu yang sama dengan realita. Seni adalah ilmu pengetahuan. Aliran realis dalam seni, yakni ilmu yang mempelajari aliran, gaya dan bentuk yang menghasilkan pertunjukan seperti halnya dalam realita kehidupan. Realita dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat lingkungannya.
Realisme dalam teater
Realisme dalam teater, yakni untuk menciptakan sesuatu di atas panggung seperti “kenyataan” yang ada. Menciptakan ilusi di atas panggung, seolah-olah penonton menyaksikan apa yang terjadi seperti dalam kenyataan sehari-hari. Ilusi tentang kenyataan yang terdapat dalam masyarakat kemudian “dipindah” di atas panggung. Mementaskan Teater realis tidak hanya bersumber pada realita kehidupan sehari-hari yang kita kenal, tetapi di atas panggung memerlukan ketepatan dalam menyampaikan gambaran kehidupan kepada penonton. Ketepatan dan tanggungjawab ini ada pada seorang sutradara, seseorang yang bertanggungjawab dari segi “artistik” di atas panggung, yang sebetulnya juga berfungsi “mewakili penonton” saat dalam proses latihan. Disinilah peran penting sutradara terhadap naskah, sutradara realis mengutamakan pengejaran kebenaran, jangan sekali kali mengejar estetik, yang harus dikejar sekali lagi kebenarannya, ketika kebenarannya ditemukan dengan sendirinya estetika akan muncul. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam pertunjukan teater realis, yakni: Naskah drama (lakon) realis, Acting (pemeranan) realis, Tata panggung realis, Make up realis, Kostum realis. Tata cahaya berfungsi sebagai penanda waktu maupun suasana. Musik dalam teater berfungsi sebagai suasana, penanda tempat, penanda waktu dan peristiwa.
Dalam pembahasan The form of drama tentang suatu pementasan: “The Master Builder” karya Hendrik Ibsen, ketika dipentaskan di Guthrie Theatre dimainkan dengan sukses dengan gaya realis. Tetapi set, tata panggung yang melatar belakangi dengan perlengkapan /furniture yang sangat minim, “dibatasi” kelengkapannya, hingga terasa set / perlengkapan tersebut, tidak realis). Naskah drama realis, Pemeranan realis, Set / perlengkapan tidak realis. Hasilnya mendapat pujian.
Sutradara
Sutradara ibarat masinis kereta api, tetap setia pada relnya, membawa penumpangnya selamat sampai tujuan. Sutradara adalah seorang pemimpin membawa masyarakatnya menuju suatu keberhasilan. Pada zaman Yunani sutradara disebut didascalos yakni “guru” seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih dulu dibanding dengan lainnya, kemudian pengetahuannya itu diberikannya kepada seseorang yang dianggap belum memiliki pengetahuan, dalam hal ini teknis penyutradaraan.
Cara kerja sutradara Realis terhadap naskah realis.
Pertama-tama membaca naskah berulang-ulang.
Memaknai dan memahami setiap kata dalam dialog.
Ketepatan artikulasi dan intonasi dialog
Menggali latar belakang pengarang
Menganalisis setting atau latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan peristiwa.
Mengkaji tiga dimensi tokoh yang terdiri dari Psikologis, Sosiologis, Fisiologis.
Akting Realis
Akting realis disebut dengan akting presentasi, yakni akting yang berusaha menyuguhkan tingkah laku manusia melalui diri si aktor, melalui pengertian terhadap diri sendiri dengan hasil mengerti karakter yang dimainkannya. Dengan mengidentifikasikan diri dan aksi-aksi dengan peran yang akan dimainkan, termasuk ketepatan Blocking atau garis. Gesture, movement, buisnis maka satu bentuk karakter akan tercipta. Memainkan tokoh dan berdialog dengan ucapan yang wajar yang dikenal oleh masyarakat lingkungannya.
jika ingin memahami realis lebih dalam.. ada bukunya kak.. dramaturgi.. hehehe.. nice artikelnya.. bahas juga dong tentang stanilavski atau richard bolelavsky
ReplyDeletesilahkan main ke blog saya.. saya juga banyak membahas tentang teater dan drama
http://www.panggungkita.com/