Monday, June 6, 2011

“Pemahaman Tasrif Lawido Tentang Dewan Kesenian Palu dan Perkembangan Seni di Kota Palu Sungguh Sangat Nihil”

Menyikapi tulisan Tasrif dimuat di Radar Sulteng Senin 6 Juni 2011)
M.Noerdianza, S.sn

Kalau mengkritik jangan sembarang cas cis cus di depan pablik, apalagi sampai dimuat di surat kabar harus ada bukti yang konkrit Kanda, siapa bilang DKP tidak ada program kerja, Komite Musik beberapa bulan lalu sudah melaksanakan program kerjanya, tepatnya 20 April 2011 di Taman Budaya, Komite Tari menghadiri pertemuan tari di Solo “Tari Internasional Dance Day 29 April 2011”, Sastra pelauncingan buku, Komite Rupa 11 Juni 2011, sementara Komite Teater akan diadakan Oktober 2011 mendatang. Saya sebagai pribadi sangat berat mengatakan kanda Tasrif sebagai Seniman senior, patut dipertanyakan kesenioritasannya. Berapa karya yang dihasilkannya? Bagaimana bentuk karyanya? Sebaik apa sih karyanya? Sementara banyak generasi yang mempertanyakan Tasrif itu siapa? Mana karya-karya yang dihasilkannya? Bentuk garapan dan ciri khasnya bagaimana sih.? Dari pertanyaan ini saja membuktikan bahwa Tasrif tidak dekat dengan masyarakatnya. Seorang seniman harus dekat dengan masyarakatnya, harus tahu perkembangan seni di Kota Palu. kalau seniman birokrat iya. Sementara, apa kontribusi Tasrif terhadap perkembangan seni di Kota Palu? Tidak jelas...kalaupun ada, garapannya pun amburadul, terbukti pada “Festival Danau Poso 2010”, iseng-iseng saya bertanya pada penari kontingen Palu, “Mba dari sanggar tari mana?” eh.., malah dijawab “maaf mas kita belum punya sanggar saya sebelumnya belum pernah menari” dan ada lagi letupan-letupan dari para penari kontingen kota “Aduh...mas saya gugup baru pertama kali ini tampil”, tidak masalah bagi saya itu hal yang wajar sebagai manusia, malah saya mencoba memberi suport “main yang bagus ya, rileks saja, yakin, jangan lupa smile. Usut demi usut ternyata para penari yang diutus pada “Festival Danau Poso” staf-staf Dinas Pariwisata Kota yang sama sekali belum berpengalaman dibidangnya. Saya berani berkata demikian sebab saya berada dilokasi. Sayang kontingen Palu dibawa binaan Tasrif hanya memalukan Kota Palu. Dinas Pariwisata seharusnya sebagai fasilitator saja bukan para IO (Iven Orgenizer), beri kepercayaan kepada yang lebih berhak dan berpengalaman dibidangnya dan seharusnya ada penyeleksian antar para komunitas, sanggar atau kelompok tari se-Kota Palu, mana yang terbaik dialah yang mewakili kota. Kanda Srif jangan sampai kebohongan-kebohongan, kepalsuan-kepalsuan dalam sebuah karya, kau hadirkan lagi dipablik..bukankah esensi dari kesenian jujur dalam perkataan, ikhlas dalam perbuatan..!! saya malah menaruh curiga kanda harus dibawa ke rumah sakit jangan-jangan ada kelainan jiwa.

No comments:

Post a Comment