Thursday, June 2, 2011

Seni Peran

“Dasar-Dasar Akting”
Moh. Nurdiansyah, S,sn

TAHAPAN PERTAMA

Pengantar Seni “Akting”

Akting adalah wujud yang kasat mata dari suatu seni peragaan tubuh, yang menirukan prilaku-prilaku manusia mencakup segala segi, lahir dan batin, yang sebelumnya digagas terlebih dahulu, direka, dirancang, kemudian diselenggarakan di panggung untuk disaksikan penonton peminatnya sebagai bentuk seni efemeral, maksud dari seni efemeral, yakni seni yang berlangsung melalui akting. (Yapi Tambayong, hal. 9:2000). Acting diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata peran (pemain sandiwara) yang dalam kamus berarti proses, cara, perbuatan memahami prilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan seseorang. Tentunya tidak hanya memahami tetapi juga melakukan prilaku orang tersebut. Asal kata Acting adalah to act atau dalam bahasa Indonesia berarti “beraksi”. Itu sebabnya kita sering mendengar sutradara meneriakkan kata action dibelakang kamera ketika aktor akan memulai aktingnya. Akting dengan demikian lebih berarti mengaksikan peran yang dimainkan. (Eka D. Sitorus, hal. 37:2003). Aktor memanfaatkan Tubuh pikir dan rasa sebagai alat peragaannya yang terlatih baik, sifat keperagaan ini pulalah yang membedakan akting atau nilai seni drama dan karya seni teater, berbeda dengan seni-seni kreatif lainnya. Akting menurut Richard Boleslavsky keagungan penciptaan, kemurnian suatu keindahan, sesuatu yang lebih besar dari kehidupan. (RMA. Harymawan, 27:1988) dengan demikian akting harus ditumbuhkan dari kesadaran-kesadaran insani yang mengikat, kesadaran yang dimaksud itu adalah kesadaran estetis dan kesadaran etis. Kesadaran estetis; Lahirnya kesenian ditentukan oleh dorongan keindahan alami itu menjadi bentuk yang mewujud sebagai keindahan seni. Kesadaran etis berarti ia telah menerima pikiran yang hakiki, bahwa sumber segala keindahan itu adalah sang Ilahi, pencipta alam dan segala isinya.

Asal Mula Gestur
Ketika aktor tertarik untuk menyelidiki tingkah-laku unik seseorang, dia juga perlu memperhatikan aspek-aspek tingkah-laku yang ada dalam masyarakat orang itu. Dia masih dapat melihat bahwa gestur-gestur nonverbal dari aksi-aksi di masa silam adalah tindakan yang dibutuhkan, penting, dan di pakai untuk hal-hal praktis. Perkembangan manusia saat ini mengubah kebutuhan-kebutuhannya dan dengan demikian mengubah banyak tingkah-laku fisiknya. Satu situasi pada masa silam yang harus dipenuhi dengan aksi fisik, sekarang ini dapat diatasi dengan teknologi canggih. Tetapi impuls atau rangsangan dari tingkah laku praktis tersebut masih ada, hanya sekarang menjadi satu bentuk ekspresif yang tidak fungsional. Perasaan dan pikiran dapat disebut gestur. secara sistematis gestur terbagi menjadi dua bagian, yaitu fisik dan vokal, yang dapat dilihat dan yang dapat didengar. Gestur vokal dibagi lagi menjadi verbal (mengucapkan kata-kata) dan nonverbal (bunyi-bunyi yang kita gunakan, termasuk infleksi (ling) atau jaringan dan penekanan yang mempengaruhi arti emosional dari kata-kata yang kita ucapkan). Karena penulis naskah akan memberikan gestur-gestur verbal dalam bentuk kata-kata di naskah, tugas si aktor adalah menyelidiki aspek-aspek nonverbal dari gestur karakter yang dimainkannya, gestur-gestur fisik, postur, infleksi, dan sebagainnya.

Gestur dan Komunikasi
Ada gestur-gestur yang memberikan arti yang konsisten dalam situasi-situasi yang serupa. Dengan demikian berfungsi sebagai satu sistem simbolis atau tanda. Yang istilahnya lebih dikenal dengan nama bahasa tubuh. seni komunikatif yang diciptakan gestur dapat beragam dari yang universal sampai yang paling aneh, bahkan bodoh. Gestur dapat menggantikan kata-kata atau mendukung kata-kata.

Fungsi Gestur
Bahasa gestur dapat dibagi menjadi 4 kategori umum yaitu :
Ilustratif atau imitatif
Indikatif
Empatik
Austistik

Gestur yang sifatnya ilustratif adalah gestur yang disebut “Pantomimik” ketika mencoba mengkomunikasikan informasi spesifik atau bersifat khusus (“kontak itu besarnya setinggi ini dan selebar ini”). Gestur indikatif (berhubungan dengan bentuk verbal yang menggambarkan keadaan nyata), dipakai untuk menunjuk (“Di sebelah sana”). Gestur empatik memberikan informasi yang subjektif dari pada objektif, berhubungan bagaiman orang merasakan sesuatu (ketika kita mengatakan: “Sekarang, dengar aku!” sambil meninju kepalan tangan kita ke atas meja atau menunjuk jari kita kemuka musuh). Gestur Autistik (arti harafiahnya “kepada diri”) tidak dimaksud untuk komunikasi Sosial tetapi lebih diutamakan untuk komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, ketika seseorang yang sedang mendengar orang lain berbicara memiliki perasaan benci kepada lawan bicaranya tetapi harus menutupinya, maka dia akan melipat tangannya dengan rapat sekali dengan telapak masuk di sela-sela kedua ketiak di depan anda. Dengan tingkah laku rahasia ini, orang itu menyatakan aksi simbolis merasa puas ketika sedang mencekik lawan bicaranya. Walaupun gestur seperti itu sering tersembunyi, secara tidak sadar, sering kali orang di sekitar kita dapat mengenali dan merasakannya. Tentu saja realitanya keempat kategori ini tidak nyata terpisah tetapi sengaja dipisah untuk memudahkan pelajaran kita tentang gestur dan hampir semua gestur yang kita pakai adalah kombinasi dari dua atau tiga kategori di atas. (Eka D. Sitorus, hal. 81-82:2003). Tubuh harus sehat, tidak soal bagaimana bentuknya, apakah ia kurus, gemuk, buntet, jangkung. Sebab dengan tubuh yang sehat, harapan berhasilnya penampilan peran sesuai tuntutan TPR (Tubuh, Pikir, Rasa) akan bisa terpenuhi. Namun segera pula harus diingat, bahwa keadaan tubuh yang sehat itu bertalian erat dengan kemampuan yang beralas pada kemauan mengikuti latihan-latihan khusus, yakni terkoordinasi untuk melakukan tugas akting yang harus menurut ikatan-ikatannya dan berkembang leluasa menurut kemungkinan-kemungkinan tak terduga di mana ia melakukan improvisasi dengan leluasa.

PRAKTEK:
1. Olah Tubuh
Senam
Menari
Yoga
Meditasi

2. Olah Vokal
Teknik melatih rongga mulut
a. Pengucapan lafal yang benar
b. Melatih kelenturan rahang bawah
- Membuka rahang bawah selebar 3 jari
- Gerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri
- Gerakkan rahang bawah ke depan

Melatih kelincahan lidah
a. Memutar lidah ke kiri dan ke kanan
b. Menjulurkan lidah keluar
c. Menempel lidah ke langit-langit atas, kemudian tekan lidah bagian tengah kuat-kuat sehingga otot lidah bagian bawah sedikit terasa sakit.

Melatih kelenturan otot bibir
a. Menarik kedua bibir ke dalam, kemudian tiuplah keluar kuat-kuat sehingga menimbulkan bunyi “puuh”.

Resonator (pita suara)
Membantu menguatkan getaran suara sehingga menjadi suara yang kuat. Organ tubuh berfungsi sebagai resonator.
a. Rongga mulut
- Memproduksi suara yang jelas, dengan cara menarik ke bawah rahang bawah

b. Rongga dada (letaknya antara tulang dada dengan tulang punggung sebelah belakang).
mampu memproduksi suara yang rendah dan berat
Ringga dada sebelah atas
Rongga dada sebelah depan
Rongga dada sebelah tengah
Rongga dada bagian belakang

c. Rongga hidung
- Penyaring udara masuk paru-paru mampu memproduksi suara sengau, antara lain: konsonan m, n, ny, ng.
Sedangkan untuk vokal dilarang menggunakan rongga hidung sebagai resonator.

* Latihan pernafasan
- Menghirup udara melalui hidung sebanyak 4 ketukan kemudian udara ditahan 2 ketukan, setelah itu dihembuskan lewat mulut 4 ketukan. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan tanpa terputus-putus sampai batas maksimum kelelahan pemain yang bersangkutan. Hal yang perlu diingat dalam latihan ini adalah mengusahakan agar setiap ketukan, waktu menghirup dan menghembuskan udara mengandung volume yang sama. Keculi itu waktu menahan nafas benar-benar paru-paru dalam keadaan tenang (tidak menghirup atau menghemnbuskan udara).setelah dikuasai, kemudian jumlah ketukan ditingkatkan dengan perbandingan kelipatan yang sama, yaitu n=1/2 (n=jumlah menghirup dan menghembuskan nafas, misalnya 6=3, 8=4, dan seterusnya, 1/2n= jumlah ketukan manahan nafas).
- Menghirup udara sebanyak mungkin dalam waktu relatif singkat, kemudian ditahan 4 ketukan dan dihembuskan 8 ketukan. Setelah dikuasai, jumlah ketukan pada waktu menahan dan menghembuskan udara ditingkatkan dengan kelipatan n=2n (n= jumlah ketukan manahan, 2n= jumlah ketukan menghembuskan udara), sedangkan waktu untuk menarik nafas tetap dalam hitungan waktu relatif singkat, sesingkat-singkatnya.
- Menghirup udara sebanyak mungkin dalam waktu relatif singkat, kemudian ditahan sementara waktu atau tanpa dihitung dengan ketukan tetapi cukup dengan perasaan, kemudian dihembuskan dalam waktu relatif lama sesuai dengan kekuatan pemain yang bersangkutan. Dalam hal ini diusahakan agar volume udara yang dikeluarkan dari awal sampai akhir mengandung intensitas yang rata/sama. Usahakan jangan sampai terjadi adanya kesan dipaksakan sehingga mengakibatkan adanya ketegangan yang berlebihan pada alat-alat rongga badan.
- Setelah ketiga cara tersebut benar-benar dikuasai agar dicoba lagi cara latihan tersebut di atas, tetapi pada waktu menghembuskan udara diganti produksi suara dengan vocal “a”, dengan urutan; saat menghirup dan menahan udara sama dengan cara latihan di atas. Demikian seterusnya ditingkatkan untuk vocal yang lain e, i, o, u.

- Mula-mula hirup nafas banyak-banyak melalui hidung lalu hembuskan dengan sehabisnya. Diakhir hembusan sertai
dengan suara keras sehabisnya. Misalnya, “hah !” lakukan ini sebanyak 10 kali.
- Lakukan hal yang sama, tetapi kini dengan menghitung, yaitu ketika menghirup, hitunglah setehap demi setahap
sampai 10 kali, lalu hembuskan pula dengan hitungan 10 kali. Jadi menghirup dan menghembus nafas, tidak seperti
yang pertama lagi.
- Lakukan lagi pernafasan seperti yang kedua, tetapi kini dengan menaikkan kedua belah tangan pelan-pelan secara
berangsur-angsur dengan hitungan dari 1 sampai 10, lalu turunkan juga pelan-pelan dan berlangsung secara
berangsur dari 1 sampai 10 (jadi ketika mengambil nafas tangan dinaikan dan ketika mengeluarkan nafas, tangan
diturunkan). Di akhir hitungan sertai kembali suara keras sehabisnya, “hah !”


*Latihan Menyanyi
-Belajar menempatkan suara dengan nada
*Mendeklamasi
- Coba baca dan hafalkan salah satu puisi dengan cara datar saja, tetapi juga dengan keras-keras, tanpa emosi apa-
apa. Perhatikan perkembangan bagaimana yang terjadi dalam emosi.
- Baca dan hafalkan pula salah satu puisi dengan cara memenggal suku kata demi suku kata sehingga terkesan puisi
itu hanya sebagai rangkaian yang putus-putus-perhatikan perkembangan bagaimana yang terjadi dalam kehendak.
- Baca dan hafalkan pula salah satu puisi sambil meminta 4 orang menarik-narik tubuh kearah yang berlawanan; dua
orang menarik-narik kedua tangan ke arah utara, dan dua orang lainnya menarik-narik kedua kaki ke arah selatan-
perhatikan perkembangan kosentrasi yang terjadi dalam kemajuan.

3. Panca Indra
*Indra Lihat;
- Melihat dalam membayang orang yang sedang bunuh diri dengan jalan menggantung lehernya di atas dapur.
- Membayangkan mata sedang melihat seorang perempuan tua sedang menyeberang jalan lalu tiba-tiba sebuah mobil
menabraknya, dan ia terpental, kepar-kepar, mati.
- Membayangkan mata sedang melihat seorang telanjang bulat , ia mungkin gila, ia mungkin pacar, ia mungkin model
yang tengah dilukis oleh pelukis.
- Membayangkan mata sedang melihat seorang anak balita lepas dari tangan ibunya lantas berlari kejalan raya.

* Indra Dengar
- Membayangkan telinga sedang mendengar ban mobil selip di tikungan lalu meanbrak tiang listrik.
- Membayangkan telinga sedang mendengar orang berteriak minta tolong karena terhanyut di sungai
- Membayangkan telinga sedang mendengar lolong anjing di malam hari lantas ia merasa terasing dan gamang.
- Membayangkan telinga sedang mendengar burung peliharaan berkicau dan hati merasa plong.

*Indra Cium
- Membayangkan hidung sedang membau aroma sambel goreng terasi.
- Membayangkan hidung sedang membau comberan yang mampet di musim kemarau dan ia duduk menghadapi
hidangan makan siang.
- Membayangkan hidung sedang membau keringat orang di sebuah kendaraan umum yang sesak.
- Membayangkan hidung sedang membau parfum yang digunakan oleh seorang yang berkesan dalam dirinya.
- Membayangkan hidung sedang membau durian, baunya dibuka di hadapannya, dan ia tidak suka bau ini.

*Indra Kecap
- Memperagakan sedang mencicipi makanan yang pertama kali dikenal.
- Memparagakan sedang menikmati sesuatu yang tidak enak, ingin muntah, tetapi menghormati tuan rumah yang
menghidangkannya.
- Memperagakan orang yang sedang kepedasan oleh lombok dan minum air panas.
- Memperagakan sedang mengunyah onde-onde yang gulanya masih panas.
- Memperagakan bagai mana seorang koki mengecap makanan di atas api kompor,apakah sudah pas bumbu-
bumbunya.

*Indra Rasa
- Memperagakan bagaimana dipeluk oleh orang yang tidak disukai.
- Memperagakan bagaimana rasa tubuh di ruang AC yang sangat dingin dan ia berpenyakit asma.
- Memperagakan bagaimana rasa dibelai kekasih, dicium di leher dan sekonyong datang orang yang lebih berhak.
- Memperagakan bagaimana rasa menunggu terlalu lama di sebuah ruang yang sangat panas.
- Memperagakan bagaimana rasa tubuh ditarik oleh seorang anak yang merengek minta dibelikan es krim.

No comments:

Post a Comment