Oge Bin Sone Ltr
Sabtu, 28 Mei 2011 Desa Towale, Donggala.
Eksistensi Sanggar Seni Lentera kini dapat dibuktikan dengan pementasan keliling yang diadakan secara berkesinambungan yang diawali di Desa Towale, Kabupaten Donggala Sabtu (28/5) Malam. Pementasan Teater berbahasa kaili berjudul I Mangge Mpobilisi yang secara etimologis atau asal kata berarti “Mangge” (Paman) yang selalu marah-marah, mendapat sambutan sangat baik dari warga Desa. Ratusan warga memenuhi halaman Sekolah Dasar yang menjadi “panggung” pertunjukkan malam itu. Tidak ada polesan bedak dan baju yang bagus, semua warga menyaksikan pertunjukan dengan kostum apa adanya. Mengenakan sarung, baju yang sedikit robek, bahkan tanpa alas kaki. Antusias warga desa-pun telah terlihat beberapa jam sebelum pementasan dimulai. Anak-anak berkumpul menyaksikan bagaimana para aktor melakukan latihan blocking, ketika aktor mulai proses make up, dan ketika alunan musik etnik dari Pukulan Jembe, petikan kecapi, serta tiupan Mbasi-mbasi membuat mereka bergoyang sembari tertawa. Pertunjukkanpun dimulai. Riuh tepuk tangan penonton menjadi pembuka pementasan. Satu persatu aktor keluar dan memecah tawa warga desa yang beberapa sedang dirundung duka karena baru saja sanak mereka berpulang ke Rahmatullah. Perbedaan bahasa pun tidak mengurangi tawa mereka. Bahkan beberapa orang tak bisa berhenti tertawa menyaksikan pertunjukkan yang berdurasi 45 menit itu. “Tataaaaaaaaaaaaaaaaaa ......” Teriakan terakhir yang diucapkan para aktor menyaksikan kematian Mangge diiringi padamnya lampu menandakan pertunjukkan selesai. Rasa puas terlihat dari raut wajah penonton yang mungkin baru pertama kali menyaksikan pertunjukkan teater. Seluruh team Produksi dari Sanggar Seni Lentera-pun tak kalah puas dengan sambutan Warga Desa Towale yang sungguh sangat luar biasa. Kehadiran Ketua Dewan Kesenian Donggala (DKD) Tanwir An Petalolo pun memberi semangat kepada Sanggar Seni Lentera untuk menampilkan pertunjukkan yang lebih baik lagi ke depannya.
Sabtu, 4 Juni 2011 Balaroa, Palu Barat.
Setelah sukses melakukan pementasan keliling perdana di Desa Towale, Kabupaten Donggala. Sanggar Seni Lentera kembali melanjutkannya di Balaroa, Palu barat untuk memperkenalkan Keluarga “I Mangge Mpobilisi” . Berbeda ketika pentas di Towale, Antusias Warga Balaroa kurang terlihat pada awal persiapan pementasan. Mungkin karena lokasi yang masih di dalam Kota mempengaruhi perilaku warga dan menjadi perbedaan ketika berada di desa Towale dan Balaroa. Pementasan dilakukan di halaman rumah warga yang cukup luas. Banyak kejadian lucu yang terjadi ketika pertunjukkan berlangsung, disalah satu rumah warga yang dijadikan setting rumah Mangge, ternyata ada Bayi yang berumur beberapa bulan tertidur dengan nyenyaknya, bayi itu sesekali terbangun dan menangis mendengar teriakan mangge dan sesekali pula ibu Bayi tersebut harus menenangkan anaknya, ada juga seorang ibu yang terkejut saat melintas di halaman rumah warga yang dijadikan lokasi pertunjukan berjalan tepat depan Mangge yang sedang marah-marah dan membuat penonton tertawa, serta kejutan-kejutan lain yang memberi warna baru terhadap permainan. Tepuk tangan penonton menutup pertunjukkan malam itu. Warga Balaroa menampakkan kepuasan mereka terhadap pertunjukkan I Mangge Mpobilisi. Pemain dan Kru berkemas dan bersiap kembali untuk pementasan keliling selanjutnya. Sanggar Seni Lentera memberikan suasana baru dalam pertunjukkan teater. Dengan melakukan pentas keliling, Sanggar seni Lentera berharap dapat memberikan hiburan terhadap Masyarakat karena baik di Desa Towale maupun di Balaroa sama-sama ..............................ADA TAHLILAN !! :D
Sabtu 11 Juni 2011 Sanggar Seni Lentera bekerjasama dengan DigiFood akan mengadakan Bazar sekaligus pementasan teater berjudul “Le Silence”. Naskah Le Silence sendiri sukses di pentaskan pada tanggal 8 Maret 2011 pada pertunjukkan “Semalam Dua Karya” oleh Sutradara M.Noerdianza. Menampilkan kegelisahan seseorang ketika menunggu, amarah tanpa sebab, serta diam yang membuat kita terbahak. Naskah “Le Silence” diperankan oleh 3 orang Aktor yaitu Farid, Rollis dan Dilla yang memerankan dirinya masing-masing dengan aksen dan dialek yang berbeda. Konsep penggarapan naskah ini berbeda dari pertunjukan sebelumnya, yakni merubah beberapa dialog dikaitkan dengan ruang di mana pertunjukan berlangsung.
Sunday, July 31, 2011
Sepenggal pengertian Teater Realis dan Akting Realis
M.Noedianza
Realis dalam seni
Realis adalah sesuatu yang nyata. Segala sesuatu yang sama dengan realita. Seni adalah ilmu pengetahuan. Aliran realis dalam seni, yakni ilmu yang mempelajari aliran, gaya dan bentuk yang menghasilkan pertunjukan seperti halnya dalam realita kehidupan. Realita dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat lingkungannya.
Realisme dalam teater
Realisme dalam teater, yakni untuk menciptakan sesuatu di atas panggung seperti “kenyataan” yang ada. Menciptakan ilusi di atas panggung, seolah-olah penonton menyaksikan apa yang terjadi seperti dalam kenyataan sehari-hari. Ilusi tentang kenyataan yang terdapat dalam masyarakat kemudian “dipindah” di atas panggung. Mementaskan Teater realis tidak hanya bersumber pada realita kehidupan sehari-hari yang kita kenal, tetapi di atas panggung memerlukan ketepatan dalam menyampaikan gambaran kehidupan kepada penonton. Ketepatan dan tanggungjawab ini ada pada seorang sutradara, seseorang yang bertanggungjawab dari segi “artistik” di atas panggung, yang sebetulnya juga berfungsi “mewakili penonton” saat dalam proses latihan. Disinilah peran penting sutradara terhadap naskah, sutradara realis mengutamakan pengejaran kebenaran, jangan sekali kali mengejar estetik, yang harus dikejar sekali lagi kebenarannya, ketika kebenarannya ditemukan dengan sendirinya estetika akan muncul. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam pertunjukan teater realis, yakni: Naskah drama (lakon) realis, Acting (pemeranan) realis, Tata panggung realis, Make up realis, Kostum realis. Tata cahaya berfungsi sebagai penanda waktu maupun suasana. Musik dalam teater berfungsi sebagai suasana, penanda tempat, penanda waktu dan peristiwa.
Dalam pembahasan The form of drama tentang suatu pementasan: “The Master Builder” karya Hendrik Ibsen, ketika dipentaskan di Guthrie Theatre dimainkan dengan sukses dengan gaya realis. Tetapi set, tata panggung yang melatar belakangi dengan perlengkapan /furniture yang sangat minim, “dibatasi” kelengkapannya, hingga terasa set / perlengkapan tersebut, tidak realis). Naskah drama realis, Pemeranan realis, Set / perlengkapan tidak realis. Hasilnya mendapat pujian.
Sutradara
Sutradara ibarat masinis kereta api, tetap setia pada relnya, membawa penumpangnya selamat sampai tujuan. Sutradara adalah seorang pemimpin membawa masyarakatnya menuju suatu keberhasilan. Pada zaman Yunani sutradara disebut didascalos yakni “guru” seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih dulu dibanding dengan lainnya, kemudian pengetahuannya itu diberikannya kepada seseorang yang dianggap belum memiliki pengetahuan, dalam hal ini teknis penyutradaraan.
Cara kerja sutradara Realis terhadap naskah realis.
Pertama-tama membaca naskah berulang-ulang.
Memaknai dan memahami setiap kata dalam dialog.
Ketepatan artikulasi dan intonasi dialog
Menggali latar belakang pengarang
Menganalisis setting atau latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan peristiwa.
Mengkaji tiga dimensi tokoh yang terdiri dari Psikologis, Sosiologis, Fisiologis.
Akting Realis
Akting realis disebut dengan akting presentasi, yakni akting yang berusaha menyuguhkan tingkah laku manusia melalui diri si aktor, melalui pengertian terhadap diri sendiri dengan hasil mengerti karakter yang dimainkannya. Dengan mengidentifikasikan diri dan aksi-aksi dengan peran yang akan dimainkan, termasuk ketepatan Blocking atau garis. Gesture, movement, buisnis maka satu bentuk karakter akan tercipta. Memainkan tokoh dan berdialog dengan ucapan yang wajar yang dikenal oleh masyarakat lingkungannya.
Realis dalam seni
Realis adalah sesuatu yang nyata. Segala sesuatu yang sama dengan realita. Seni adalah ilmu pengetahuan. Aliran realis dalam seni, yakni ilmu yang mempelajari aliran, gaya dan bentuk yang menghasilkan pertunjukan seperti halnya dalam realita kehidupan. Realita dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat lingkungannya.
Realisme dalam teater
Realisme dalam teater, yakni untuk menciptakan sesuatu di atas panggung seperti “kenyataan” yang ada. Menciptakan ilusi di atas panggung, seolah-olah penonton menyaksikan apa yang terjadi seperti dalam kenyataan sehari-hari. Ilusi tentang kenyataan yang terdapat dalam masyarakat kemudian “dipindah” di atas panggung. Mementaskan Teater realis tidak hanya bersumber pada realita kehidupan sehari-hari yang kita kenal, tetapi di atas panggung memerlukan ketepatan dalam menyampaikan gambaran kehidupan kepada penonton. Ketepatan dan tanggungjawab ini ada pada seorang sutradara, seseorang yang bertanggungjawab dari segi “artistik” di atas panggung, yang sebetulnya juga berfungsi “mewakili penonton” saat dalam proses latihan. Disinilah peran penting sutradara terhadap naskah, sutradara realis mengutamakan pengejaran kebenaran, jangan sekali kali mengejar estetik, yang harus dikejar sekali lagi kebenarannya, ketika kebenarannya ditemukan dengan sendirinya estetika akan muncul. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam pertunjukan teater realis, yakni: Naskah drama (lakon) realis, Acting (pemeranan) realis, Tata panggung realis, Make up realis, Kostum realis. Tata cahaya berfungsi sebagai penanda waktu maupun suasana. Musik dalam teater berfungsi sebagai suasana, penanda tempat, penanda waktu dan peristiwa.
Dalam pembahasan The form of drama tentang suatu pementasan: “The Master Builder” karya Hendrik Ibsen, ketika dipentaskan di Guthrie Theatre dimainkan dengan sukses dengan gaya realis. Tetapi set, tata panggung yang melatar belakangi dengan perlengkapan /furniture yang sangat minim, “dibatasi” kelengkapannya, hingga terasa set / perlengkapan tersebut, tidak realis). Naskah drama realis, Pemeranan realis, Set / perlengkapan tidak realis. Hasilnya mendapat pujian.
Sutradara
Sutradara ibarat masinis kereta api, tetap setia pada relnya, membawa penumpangnya selamat sampai tujuan. Sutradara adalah seorang pemimpin membawa masyarakatnya menuju suatu keberhasilan. Pada zaman Yunani sutradara disebut didascalos yakni “guru” seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih dulu dibanding dengan lainnya, kemudian pengetahuannya itu diberikannya kepada seseorang yang dianggap belum memiliki pengetahuan, dalam hal ini teknis penyutradaraan.
Cara kerja sutradara Realis terhadap naskah realis.
Pertama-tama membaca naskah berulang-ulang.
Memaknai dan memahami setiap kata dalam dialog.
Ketepatan artikulasi dan intonasi dialog
Menggali latar belakang pengarang
Menganalisis setting atau latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan peristiwa.
Mengkaji tiga dimensi tokoh yang terdiri dari Psikologis, Sosiologis, Fisiologis.
Akting Realis
Akting realis disebut dengan akting presentasi, yakni akting yang berusaha menyuguhkan tingkah laku manusia melalui diri si aktor, melalui pengertian terhadap diri sendiri dengan hasil mengerti karakter yang dimainkannya. Dengan mengidentifikasikan diri dan aksi-aksi dengan peran yang akan dimainkan, termasuk ketepatan Blocking atau garis. Gesture, movement, buisnis maka satu bentuk karakter akan tercipta. Memainkan tokoh dan berdialog dengan ucapan yang wajar yang dikenal oleh masyarakat lingkungannya.
Saturday, July 16, 2011
“Festival Teater Remaja SMA/Sederajat 2011”
Oleh: Moh. Nurdiansyah, S.sn
Festival adalah serangkaian kegiatan yang menghadirkan berbagai genre seni yang dikemas secara kreatif, inovatif dan apik. Di kota-kota besar Festival teater baik mahasiswa maupun pelajar selalu bercondong pada naskah-naskah realisme, misalnya Pekan Seni Mahasiswa pada tangkai teater, para peserta diharapkan menggarap teater bergaya realis. Dewan Kesenian Jakarta menggelar Panggung Realis Teater Indonesia, juga Festival Teater Remaja di Jawa timur yang diselenggarakan Taman Budaya Jawa Timur menitik beratkan pesertanya pada naskah realisme. Hal tersebut dilakukan, sebab realisme sebuah dasar atau pijakan cara berpikir kritis dan logis untuk merangsang bangkitnya kesadaran kecendekiawanan perteateran, dan itulah sebabnya teater realis disebut the theatre of intelligent. Ini argumen mendasar teater modern baik itu kaum naturalis, realis, maupun teatrikalis. Max Arifin mengatakan bahwa teater adalah study. Dalam buku Jagad Teater [Bakdi Sumanto:2001], diterangkan semangat realisme yang sebenarnya merangsang seniman untuk kritis terhadap diri sendiri. Zaman sekarang ini generasi muda teater kehilangan fondasi atau dasar pijakan dalam membuat peristiwa teater. “Menurut Max Arifin, ada benarnya kalau sekarang kembali pada gagasan realisme, agar mereka tahu proses sebuah teater yang baik.” Sementara ktitik teater benar-benar macet. ketika semuanya macet, di sinilah peranan realisme dibutuhkan dan kita kembali pada hal yang sangat mendasar bagi manusia: Berpikir !
Seni Teater merupakan sebuah bidang seni yang telah begitu lama mengakar pada budaya kita. Seni Teater dalam arti luas adalah sebuah pertunjukan yang dipertontonkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit disebut dengan drama, yakni kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media: percakapan, gerak dan laku. Saat ini terdapat begitu banyak remaja, khususnya pelajar sekolah yang berminat untuk bergelut dengan jenis kesenian ini, dan memasukan seni Drama/Teater sebagai ekstrakulikuler penyalur minat dan bakat para siswa/siswi. Tanpa disadari seni Drama/Teater sungguh besar arti dan manfaatnya, selain mendukung pencapaian kompetensi para siswa/siswi khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra, seni Drama/Teater juga mencakup manfaat dari kolektivitas, apresiasi, etos kerja dan solidaritas para siswa sekolah. Seni Drama/Teater tidak hanya sebatas pertunjukan memperlihatkan perannya di atas panggung kemudian selesai begitu saja. Seni Drama/Teater mengajarkan kita memahami akan diri sendiri, belajar memahami watak serta prilaku antara manusia satu dengan yang lain. Dengan demikian terciptalah ruang sosial dalam mewujudkan cita-cita untuk mencegah dan menghindar dari sikap-sikap negativ, sepertihalnya tawuran dan penggunaan narkoba.
Berangkat dari hal tersebut di atas, kami dari Komite Teater Dewan Kesenian Palu akan menggelar ajang kreativitas yang kompotitif bagi para siswa SMA/SMK//MAN dan sederajat sebagai wadah penyalur minat dan bakat, serta sebagai jalur menuju tahap kompetitif. Festival ini juga akan berpegang teguh pada ‘dramaturgi,’ yakni ajaran tentang masalah hukum dan konvensi-konvensi drama yang memiliki standarisasi penilaian baik dari segi artistik maupun keaktoran. Komite Teater Dewan Kesenian Palu akan mengusung kegiatan ini dengan Tema “Festival Teater Remaja 2011”. Sebelumnya kegiatan ini pernah diadakan pada tahun 1996-1997. Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut “Festival Teater Pelajar”, dan kembali digelar oleh Komite Teater Dewan Kesenian Palu tahun 2010, peserta terbaik pada waktu itu SMA Negeri 1 Palu, mewakili Kota Palu mengikuti Festival Teater Pelajar Tingkat Nasional IKIP PGRI Semarang dan masuk beberapa nominasi, di antaranya Aktris Terbaik, pembantu aktor terbaik, penampil terbaik dan penyutradaraan terbaik.
FTR (Festival Teater Remaja) adalah salah satu program tahunan KOMITE TEATER DEWAN KESENIAN PALU yang merupakan ajang kompetensi pementasan Drama/teater bagi para siswa SMA/SMK/sederajat khususnya yang berdomisili di kota Palu. FTR diselenggarakan kembali, mengingat akan berlangsungnya kegiatan ini dan tanggungjawab kami sebagai segelintir orang yang terjun di dunia seni, maka kami membangkitkan semangat untuk meneruskan kegiatan seni yang positif. FTR merupakan wadah penyalur minat dan bakat seni generasi muda yang lebih kontruktif. Selain itu juga dapat menumbuh kembangkan sekaligus menggairahkan kehidupan seni teater di Kota Palu. Oleh sebab itu, melihat tumbuh dan berkembangnya seni Drama/Teater di kalangan SMA/SMK/MAN dan sederajat di Kota Palu sangat perlu mendapat perhatian dan dukungan yang serius dari semua pihak.
Festival Teater Pelajar tidak hanya ada di Kota Palu saja. Festival Teater Pelajar tumbuh dan berkembang di kota-kota besar, yakni Jakarta dengan “FESTIVAL TEATER PELAJAR JAKARTA TINGKAT SLTA JAKARTA BARAT”, Bandung “FESTIVAL TEATER REMAJA SE-JABAR”, Semarang “FESTIVAL DRAMA PELAJAR SMA/SEDERAJAT TINGKAT NASIONAL IKIP PGRI SEMARANG”, Probolinggo “PESTA SENI PELAJAR FESTIVAL TEATER PELAJAR TINGKAT SMA/MA/SMK JAWA TIMUR”, kemudian Yogyakarta “FESTIVAL TEATER REMAJA SMA/SEDERAJAT SE-JAWA TENGAH INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA”, Solo “Festival Drama Realis”, Remaja se-Solo Raya. Banjarmasin dengan ”FESTIVAL TEATER PELAJAR SLTA SEDERAJAT” . dan masih banyak lagi di kota-kota lainnya.
Festival adalah serangkaian kegiatan yang menghadirkan berbagai genre seni yang dikemas secara kreatif, inovatif dan apik. Di kota-kota besar Festival teater baik mahasiswa maupun pelajar selalu bercondong pada naskah-naskah realisme, misalnya Pekan Seni Mahasiswa pada tangkai teater, para peserta diharapkan menggarap teater bergaya realis. Dewan Kesenian Jakarta menggelar Panggung Realis Teater Indonesia, juga Festival Teater Remaja di Jawa timur yang diselenggarakan Taman Budaya Jawa Timur menitik beratkan pesertanya pada naskah realisme. Hal tersebut dilakukan, sebab realisme sebuah dasar atau pijakan cara berpikir kritis dan logis untuk merangsang bangkitnya kesadaran kecendekiawanan perteateran, dan itulah sebabnya teater realis disebut the theatre of intelligent. Ini argumen mendasar teater modern baik itu kaum naturalis, realis, maupun teatrikalis. Max Arifin mengatakan bahwa teater adalah study. Dalam buku Jagad Teater [Bakdi Sumanto:2001], diterangkan semangat realisme yang sebenarnya merangsang seniman untuk kritis terhadap diri sendiri. Zaman sekarang ini generasi muda teater kehilangan fondasi atau dasar pijakan dalam membuat peristiwa teater. “Menurut Max Arifin, ada benarnya kalau sekarang kembali pada gagasan realisme, agar mereka tahu proses sebuah teater yang baik.” Sementara ktitik teater benar-benar macet. ketika semuanya macet, di sinilah peranan realisme dibutuhkan dan kita kembali pada hal yang sangat mendasar bagi manusia: Berpikir !
Seni Teater merupakan sebuah bidang seni yang telah begitu lama mengakar pada budaya kita. Seni Teater dalam arti luas adalah sebuah pertunjukan yang dipertontonkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit disebut dengan drama, yakni kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media: percakapan, gerak dan laku. Saat ini terdapat begitu banyak remaja, khususnya pelajar sekolah yang berminat untuk bergelut dengan jenis kesenian ini, dan memasukan seni Drama/Teater sebagai ekstrakulikuler penyalur minat dan bakat para siswa/siswi. Tanpa disadari seni Drama/Teater sungguh besar arti dan manfaatnya, selain mendukung pencapaian kompetensi para siswa/siswi khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra, seni Drama/Teater juga mencakup manfaat dari kolektivitas, apresiasi, etos kerja dan solidaritas para siswa sekolah. Seni Drama/Teater tidak hanya sebatas pertunjukan memperlihatkan perannya di atas panggung kemudian selesai begitu saja. Seni Drama/Teater mengajarkan kita memahami akan diri sendiri, belajar memahami watak serta prilaku antara manusia satu dengan yang lain. Dengan demikian terciptalah ruang sosial dalam mewujudkan cita-cita untuk mencegah dan menghindar dari sikap-sikap negativ, sepertihalnya tawuran dan penggunaan narkoba.
Berangkat dari hal tersebut di atas, kami dari Komite Teater Dewan Kesenian Palu akan menggelar ajang kreativitas yang kompotitif bagi para siswa SMA/SMK//MAN dan sederajat sebagai wadah penyalur minat dan bakat, serta sebagai jalur menuju tahap kompetitif. Festival ini juga akan berpegang teguh pada ‘dramaturgi,’ yakni ajaran tentang masalah hukum dan konvensi-konvensi drama yang memiliki standarisasi penilaian baik dari segi artistik maupun keaktoran. Komite Teater Dewan Kesenian Palu akan mengusung kegiatan ini dengan Tema “Festival Teater Remaja 2011”. Sebelumnya kegiatan ini pernah diadakan pada tahun 1996-1997. Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut “Festival Teater Pelajar”, dan kembali digelar oleh Komite Teater Dewan Kesenian Palu tahun 2010, peserta terbaik pada waktu itu SMA Negeri 1 Palu, mewakili Kota Palu mengikuti Festival Teater Pelajar Tingkat Nasional IKIP PGRI Semarang dan masuk beberapa nominasi, di antaranya Aktris Terbaik, pembantu aktor terbaik, penampil terbaik dan penyutradaraan terbaik.
FTR (Festival Teater Remaja) adalah salah satu program tahunan KOMITE TEATER DEWAN KESENIAN PALU yang merupakan ajang kompetensi pementasan Drama/teater bagi para siswa SMA/SMK/sederajat khususnya yang berdomisili di kota Palu. FTR diselenggarakan kembali, mengingat akan berlangsungnya kegiatan ini dan tanggungjawab kami sebagai segelintir orang yang terjun di dunia seni, maka kami membangkitkan semangat untuk meneruskan kegiatan seni yang positif. FTR merupakan wadah penyalur minat dan bakat seni generasi muda yang lebih kontruktif. Selain itu juga dapat menumbuh kembangkan sekaligus menggairahkan kehidupan seni teater di Kota Palu. Oleh sebab itu, melihat tumbuh dan berkembangnya seni Drama/Teater di kalangan SMA/SMK/MAN dan sederajat di Kota Palu sangat perlu mendapat perhatian dan dukungan yang serius dari semua pihak.
Festival Teater Pelajar tidak hanya ada di Kota Palu saja. Festival Teater Pelajar tumbuh dan berkembang di kota-kota besar, yakni Jakarta dengan “FESTIVAL TEATER PELAJAR JAKARTA TINGKAT SLTA JAKARTA BARAT”, Bandung “FESTIVAL TEATER REMAJA SE-JABAR”, Semarang “FESTIVAL DRAMA PELAJAR SMA/SEDERAJAT TINGKAT NASIONAL IKIP PGRI SEMARANG”, Probolinggo “PESTA SENI PELAJAR FESTIVAL TEATER PELAJAR TINGKAT SMA/MA/SMK JAWA TIMUR”, kemudian Yogyakarta “FESTIVAL TEATER REMAJA SMA/SEDERAJAT SE-JAWA TENGAH INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA”, Solo “Festival Drama Realis”, Remaja se-Solo Raya. Banjarmasin dengan ”FESTIVAL TEATER PELAJAR SLTA SEDERAJAT” . dan masih banyak lagi di kota-kota lainnya.
Tuesday, July 5, 2011
Sekilas pengertian aktor
Aktor Harus "Menjadi"
Bukan "Seperti"
M.Noerdianza
Menanti fajar terbit diufuk timur tanpa mata terpejam, sementara cacing-cacing di dalam perut menangis menunggu makanan, ayam jantanpun terdengar berkokok. Hari itu adalah pertemuan yang sangat berharga bisa berhadapan langsung bersama aktor membahas tentang sekelumit perasaan di saat pertunjukan berakhir. Masing-masing memiliki perbedaan pikir dan rasa. Hal ini menjadi ilmu yang sangat berharga bagi penulis, sebab pengalaman itu adalah guru yang terbesar. Dalam proses keaktoran, pengalaman itu menjadi kekayaan diri seorang Aktor. Jangan sekali-kali merasa puas dengan apa yang ditemukan dalam realitas sosial, cukup merasa bangga dengan apa yang didapatkan, bukan berarti kebanggaan itu dijadikan suatu kesombongan, akan menenggelamkannya pada kesombongan.
Aktor tidak hanya menghafal dialog dalam naskah atau menggerakkan tubuh fisiknya begitu saja. Melainkan bagaimana merangsang alam imajinya melalui perenungan lalu merasakannya hingga menemukan makna yang tersembunyi di dalamnya. Aktor tidak hanya sebatas “SEPERTI” tetapi harus “MENJADI”. Kalau hanya sebatas seperti yang muncul hanya kepalsuan, sama halnya ruang kosong yang hampa. Jika aktor menjadi, ruang kosong yang hampa terlihat menjadi hidup. Sebab inner kekuatan dari dalam tubuh Aktor memancar mengisi ruang-ruang kosong itu. Sehingga emosi penonton terbawa oleh irama atau suasana permainan.
Bakat tidak menunjang sukses dan tidaknya seseorang tanpa didukung oleh kemauan besar. Dunia seni khususnya teater tidak memandang apakah ia berbakat atau tidak, apakah sebelumnya ia berpengalaman atau tidak, yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas utama adalah menghargai proses kreatif. Terutama penghargaan terhadap waktu, kemauan, semangat dan rasa ingin tahu yang besar, sudah barang tentu apa yang ingin dicapai pasti akan berada dalam genggaman. Dalam dunia Akting jangan mengejar estetika atau keindahan, melainkan pengejaran kebenaran terhadap karakter tokoh, melalui analisis tiga dimensi tokoh. Ketika menemukan kebenaran itu, estetika atau keindahan akan muncul dengan sendirinya..oleh sebab itu jangan sekali-kali hanya berpikir, tetapi rasakan apa yang anda perbuat... pikir dan rasa bagai lampu dan saklar. apabila pikir dan rasa menyatu mengalir ke tubuh fisik maka anda nampak “Menjadi” bukan “Seperti”.
Bukan "Seperti"
M.Noerdianza
Menanti fajar terbit diufuk timur tanpa mata terpejam, sementara cacing-cacing di dalam perut menangis menunggu makanan, ayam jantanpun terdengar berkokok. Hari itu adalah pertemuan yang sangat berharga bisa berhadapan langsung bersama aktor membahas tentang sekelumit perasaan di saat pertunjukan berakhir. Masing-masing memiliki perbedaan pikir dan rasa. Hal ini menjadi ilmu yang sangat berharga bagi penulis, sebab pengalaman itu adalah guru yang terbesar. Dalam proses keaktoran, pengalaman itu menjadi kekayaan diri seorang Aktor. Jangan sekali-kali merasa puas dengan apa yang ditemukan dalam realitas sosial, cukup merasa bangga dengan apa yang didapatkan, bukan berarti kebanggaan itu dijadikan suatu kesombongan, akan menenggelamkannya pada kesombongan.
Aktor tidak hanya menghafal dialog dalam naskah atau menggerakkan tubuh fisiknya begitu saja. Melainkan bagaimana merangsang alam imajinya melalui perenungan lalu merasakannya hingga menemukan makna yang tersembunyi di dalamnya. Aktor tidak hanya sebatas “SEPERTI” tetapi harus “MENJADI”. Kalau hanya sebatas seperti yang muncul hanya kepalsuan, sama halnya ruang kosong yang hampa. Jika aktor menjadi, ruang kosong yang hampa terlihat menjadi hidup. Sebab inner kekuatan dari dalam tubuh Aktor memancar mengisi ruang-ruang kosong itu. Sehingga emosi penonton terbawa oleh irama atau suasana permainan.
Bakat tidak menunjang sukses dan tidaknya seseorang tanpa didukung oleh kemauan besar. Dunia seni khususnya teater tidak memandang apakah ia berbakat atau tidak, apakah sebelumnya ia berpengalaman atau tidak, yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas utama adalah menghargai proses kreatif. Terutama penghargaan terhadap waktu, kemauan, semangat dan rasa ingin tahu yang besar, sudah barang tentu apa yang ingin dicapai pasti akan berada dalam genggaman. Dalam dunia Akting jangan mengejar estetika atau keindahan, melainkan pengejaran kebenaran terhadap karakter tokoh, melalui analisis tiga dimensi tokoh. Ketika menemukan kebenaran itu, estetika atau keindahan akan muncul dengan sendirinya..oleh sebab itu jangan sekali-kali hanya berpikir, tetapi rasakan apa yang anda perbuat... pikir dan rasa bagai lampu dan saklar. apabila pikir dan rasa menyatu mengalir ke tubuh fisik maka anda nampak “Menjadi” bukan “Seperti”.
Subscribe to:
Posts (Atom)