Saturday, December 12, 2009

Workshop penyutradaraan

M. Noerdianza



PENGERTIAN SUTRADARA

Apa itu sutradara ?

1.Orang Yunani menamakan sutradara sebagai didaskalos yang berarti “guru”. Maksud dari guru tersebut, yakni seseorang yang lebih dulu memiliki pengetahuan pada bidangnnya, pengetahunnya itu diberikan kepada orang yang dianggap belum memahami. Namun terkadang pengajar-pengajar seni drama/teater ditingkat SMP, SMA, Bahkan tingkat Kampus kurang mendalami secara spesifik bagaimana mengemas sebuah pertunjukan drama/teater yang memiliki nilai estetik, tentunya dengan melalui pengamatan dan pengejaran kebenaran tidak hanya sebatas khayalan. Berbicara drama dan teater adalah satu kesatuan antar unsur seni. Sekali saja kita berbuat kesalahan selamanya penonton tidak akan mempercayai lagi setiap garapan yang akan dipentaskan. Makna dan tujuan drama/teater, adalah jujur dalam pekataan, ikhlas dalam perbuatan, sabar dalam cobaan, tegas dalam tindakan.

2.Sutradara menurut Russel J.Grandstaff adalah para penerjemah, para guru dan seniman-seniman kreatif. Kemampuan mereka dalam menangkap keberadaan orang lain harus jeli. Rasa tanggung jawab kepada penulis naskah dan kepada penonton harus tulus. Dengan kebajikan pengalaman dan latihan-latihan, mereka memiliki keterampilan-keterampilan organisasi dan pengetahuan vokal sebagai bagian dari keahlian menyutradarai.

3.Nano Riantiarno mengatakan bahwa sutradara harus mampu memimpin dan mengarahkan semua bagian menuju kepada sebuah tujuan. Maksud dari semua bagian tersebut, yakni


4.Berbeda pula tanggapan sutradara yang dikemukakan Harymawan. Sutradara sama halnya dengan karyawan yang mengkoordinasi segala unsur teater dengan paham, kecakapan, serta daya khayal yang inteligen sehingga mencapai suatu pertunjukan yang berhasil. Seperti yang kita ketahui bahwa Karyawan adalah pekerja. Pengertian karyawan di sini sama halnya dengan seorang sutradara yang memiliki wewenang terhadap segala unsur yang terkait erat dengan produksi teater.


Mengapa dinamakan sutradara?
Karena Ia yang mengatur dan mengkoodinir segala unsur seni yang terkait erat dengan produksi teater, yakni:

Naskah
Sebuah hasil dari bengamatan, penglihatan, pendengaran, perasaan, kemudian dihayati dan resapi di renungkan kembali, lalu dituangkan menjadi sebuah karya tulis.

Aktor
Seseorang yang memerankan karakter tokoh menghidupkan karya tulis melalui tubuhnya.

Tempat
Sebuah ruang di mana proses latihan berlangsung dan di mana pertunjukan di laksanakan.

Penata Panggung
Merancang/menata ruang pertunjukan

Penata lampu
Selain sebagai penerang berfungsi sebagai penanda suasana

Penata kostum
Merancang kebutuhan pakaian pemain
Penata make up
Melukis wajah pemain sesuai dengan karakter tokoh

Penata musik
menghidupkan suasana permainan,

Sutradara ibarat seorang ayah yang selalu memperhatikan keluarganya dengan penuh kasih sayang dalam suka maupun duka, apa bila lalai mengatur rumah tangganya akan menyebabkan pertengkaran bahan berakhir dengan perceraian. Begitu pula tehadap sutradara dengan para aktornya, apabila gagal mengatur pemainnya, akan berakhir kegagalan dalam pementasan. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan intelektual. Maksud dari kecerdasan intelektual tersebut, yakni kecerdasan pikir terhadap situasi dan kondisi ketika proses berjalan. Sutradara tidak cukup hanya dengan mengatur dan mengkoordinir saja tetapi ia harus mempelajari psikologi dari tiap-tiap pemainnya. Ayah yang baik memahami psikologis anaknya, begitu pula sutradara. Ayah yang baik memberi kebebasan terhadap apa yang menjadi keinginan anaknya, dalam hal ini masih bersifat positif, apabila terjadi kekhilafan seorang ayah berhak menegur. Sama halnya sutradara memberi kebebasan kepada aktornya melakukan pencarian bentuk terhadap karakter tokoh dengan ketentuan tidak lepas dari konsep awal sutradara. Apabila bergeser dari konsep yang ada maka sutradara harus meluruskannya.

Siapa saja yang bisa menjadi sutradara?
Siapa saja bisa menyutradarai asalkan Ia merasa dirinya mampu.

Kapan munculnya sutradara?
Pada zaman Yunani Purba, pergelaran secara langsung dibawakan atau dipimpin oleh penulis naskah. Pada zaman abad pertengahan, ada yang disebut Metteur du jeu atau pemimpin permainan yang bertugas mengkoordinir pertunjukan. Pada zaman Shakespeare sampai akhir abad ke 19, pergelaran teater dipimpin oleh Aktor Manager. Tetapi pada zaman modern, seringkali seorang sutradara merangkap menjadi pemain utama. dan sebagai akibat dari kondisi semacam ini, perhatian sang sutradara biasanya lebih tertuju pada peranannya sendiri sebagai aktor daripada sebagai sutradara. Cohen (1983) mengatakan bahwa sebenarnya kerja penyutradaraan telah ada seiring dengan kemunculan teater, namun tidak ada seseorang yang dianggap sebagai sutradara seperti istilah sekarang yang kita miliki.

Dimana munculnya sutradara…..?
Merujuk pada pengertian Cohen bahwa sutradara telah ada seiring dengan kemunculan teater, sebagaimana yang kita ketahui asal mula drama dan teater berawal dari upacara persembahan. pada orang Yunani percaya apabila bencana datang terus-menerus menandakan dewa Dionysius mulai murka, ketika masa kesuburan datang, itu menandakan dewa Apollo melindungi tanaman mereka dari bencana. Dalam upacara persembahan tersebut, dibutuhkan seseorang yang dipercayakan mampu mengarahkan dan mengatur segala kebutuhan upacara. Seseorang yang dianggap mampu mengatur itu adalah pemimpin.

Bagaimana cara kerja sutradara?
Pertama-tama memilih atau menulis naskah, kemudian membaca naskah, setelah itu melakukan analisis terhadap naskah. Menganalisis naskah terdiri dari dua bagian, yakni analisis struktur dan tekstur naskah.

Struktur
Untuk mengkaji beberapa aspek yang terkandung dalam teks dibutuhkan pengkajian dari penemuan data yang nampak secara visual. Gorge Kernodle menulis bahwa untuk memahami teks lakon, terlebih dahulu harus menganalisisnya untuk mengungkapkan struktur dan tekstur daramatik. Stuktur adalah pola pikir yang sangat mendasar di dalamnya terdapat perancangan hasil dari pengamatan panca indara. Analisis Struktur Menurut Bakdi Soemanto adalah bangunan pikiran lakon yang terdiri dari plot, character, theme.

Plot/alur ceritra
Terdiri dari awal, tengah, dan akhir. (awal, klimaks, dan ending).
Flash back (alur mundur)
Alur maju
Muzaik /kolase/ zig-zag (kejadian sekarang flash back, kejadian sekarang)
Sirkuler (melingkar)

Karakter/watak tokoh
Karakter tokoh dapat ditemukan melalui pengamatan terhadap dialog-dialog yang terdapat dalam naskah.

Tema
Tema sama halnya dengan fondasi bangunan rumah, sebagus apapun rumah tanpa campuran yang baik bangunan itu akan retak dan runtuh. Pemaknaan fondasi adalah dasar atau pijakan bahwa tidak ada bangunan cerita drama yang baik tanpa tema. Harymawan menggunakan kata premise yakni rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menunjukkan arah tujuan cerita, ditinjau dari pelaksanaan merupakan landasan pola bangunan lakon.

Tekstur
Lakon merupakan pijakan dalam mewujudkan gagasan untuk memvisualisasikan pengembangan karakter atau watak tokoh serta unsur pementasan lainnya. Menafsir lakon terlebih dahulu memahami tekstur. Menurut Roman Ingarden, teks lakon pada umumnya adanya dua unsur pokok, yang pertama disebut Haupttext, yakni primary text atau teks utama yang berwujud dialog tokoh-tokoh, dan Nebentext, yakni ancillary text atau teks tambahan yang sering juga disebut teks pembantu. Teks tambahan ini biasanya dicetak miring, diletakkan dalam kurung dengan huruf kapital, atau garis bawah. Tekstur berasal dari kata text yang berarti tenunan yang dapat ditangkap dengan lima indra, dengan mempertimbangakan tekstur dari teks dramatik lakon dalam wujud teks tertulis dapat dibayangkan sosoknya. Istilah ini untuk menyebutkan tiga unsur dalam teks dramatik yakni dialog, mood dan spectacles.

Dialog
Mengingat bahwa teks ini tidak memiliki narasi jalan yang dituju yakni melalui dialog yang ada pada teks lakon. Pertama harus menyajikan informasi, kedua, dialog harus mewujudkan karakter, ketiga, dialog harus mengiringi perhatian pada kepentingan plot, yaitu memberi tekanan pada makna dan informasi di dalamnya serta membangun reaksi yang dihasilkannya. Keempat, dialog menghidupkan tema naskah, kelima, dialog harus membantu pembentukan nada dan suasana kemungkinannya, keenam, dialog harus membantu meningkatkan tempo dan irama. Dialog berfungsi sebagai alat aktor untuk menyampaikan pesan kepada penonton, melalui suara dan gerak tubuhnya. Untuk memahami naskah sutradara membaca naskah berkali-kali, kemudian memaknai maksud dari tiap-tiap kata yang terdapat dalam kalimat setelalah itu memilih diksi (gaya berkata). pengucapatan intonasi (tekanan nada suara), artikulasi (pengucapan kata-kata yang jelas), Adapun tujuan Haupttext dan Nebentext untuk mempermudah sutradara serta pemainnya menganalisis lakon.
Mood adalah suasana.
Aristoteles menyebut bahwa suasana dan irama sebagai musik. Irama musik dapat digunakan sebagai pengganti istilah suasana dan irama pertunjukan, suasana sebuah pertunjukan tergantung pada gabungan berbagai unsur termasuk spektakel dan bahasa yang kemudian mencipta sebuah irama permainan. Penonton langsung menyaksikan aktor bergerak dengan irama, berbicara dengan irama, bahkan penonton langsung merasakan perubahan irama permainan karena pergantian intensitas cahaya.

Spektakel
Melalui pencermatan teks dalam lakon serta penataan artistik dapat kita temukan spektakel yang tersembunyi di dalam lakon. Adapun makna dari kejelasannya dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Spektakel adalah suatu daya tarik yang hadir secara visual di atas panggung. Spektakel terdiri dari kostum, penataan cahaya, tata rias, tata busana. Spektakel atau mise en scene berarti sebagai berikut: Spektakel adalah gerakan atau tindakan fisik seorang tokoh yang berlangsung di atas panggung, tentunya melalui aktor untuk menyampaikan pikir dan rasanya. Spektakel digunakan sutradara dan untuk menyusun tindakan secara fisik dan keaktoran bisnis tokoh, keluar masuk aktor, pengelompokkan aktor, memilih kostum dan rias, dan memilih ruang panggung sesuai dengan penafsiran lakon. Spektakel adalah ruang visual yang disimbolkan melalui suara atau unsur pemanggungan lainnya. Spektakel dapat digunakan untuk meyakinkan tindakan tokoh melalui skeneri, tata lampu, permainan aktor, tata kostum yang tepat. Spektakel dapat membantu diksi mengungkapkan cerita. Spektakel dapat lebih meyakinkan dibanding dengan kata, karena dibantu oleh penyutradaraan, keaktoran, dan penataan artistik.

Menggali latar belakang pengarang

Biodata pengarang

Latar belakang tempat/waktu/peristiwa

Waktu: Tahun kejadian
Tempat: Terjadi di mana
Peristiwa: Kejadian apa yang terjadi pada saat itu.

Analisis tokoh

1. Psikologis (latar belakang kejiwaan)
- Mentalitas, ukuran moral/membedakan antara yang baik dan tidak baik.
- Temperamen, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan
- IQ. (intelligence Quotient), tingkat kecerdasan, keahlian khusus dalam
bidang-bidang tertentu.

2. Sosiologis (latar belakang kemasyarakatannya)
- Status social
- Pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat
- Pendidikan
- Kehidupan pribadi
- Pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi.
- Aktivitas sosial, organisasi, hobby.
- Bangsa, suku, keturunan.

3. Fisiologis (ciri-ciri badani)
- Usia (tingkat kedewasaan)
- Jenis kelamin
- Keadaan tubuhnya
- Ciri-ciri muka dan sebagainnya.


Artistik Terdiri dari:

Lampu
Kostum
Make up
Set Panggung

musik


TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapi, dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti halnya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan unsur-unsur lain). Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan sebuah produksi.
- Pimpinan Produksi
Mengatur semua tim produksi menanyakan kendala-kendala dilapangan, apabila terdapat kendala di lapangan pimpinan produksi segera mengambil keputusan dan memberi jalan keluar langkah-langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya.

- Sekretaris Produksi
Berurusan dengan surat-menyurat.

- Keungan Produksi / Bendahara
Memegang seluruh dana produksi dan mencatat keluar masuknya dana produksi.

- Urusan Dokumentasi
Pengadaan Photo
Pengadaan Camera

- Urusan Publikasi
Menyebar Panflet
Menyebar undangan kesurat kabar, atau siaran radio

- Urusan Pendanaan
Menyebarkan proposal keinstansi terkait

- Urusan Ticketting atau karcis
Menjual ticket

- Urusan Kesejahteraan
Menyediakan konsumsi untuk pekerja

- Urusan Perlengkapan
Pengadaan peralatan sekretariat

- Art Director / Pimpinan Artistik
membawahi dan mengontrol beberapa tim produksi, yakni
Penata panggung, penata musik, penata kostum, penata make Up, dan penata musik.

- Stage Manager/Manajer Panggung
Menetukan tempat
Pengadaan kelengkapan kebutuhan set
Mengatur para pemain ketika gladi kotor dan gladi bersih
Menentukan jadwal dan jam pemakaian panggung
Mengatur sirkulasi pemain di belakang panggung
Menentukan pembagian tempat pemain di bagian kiri dan kanan panggung. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tertukarnya hand prop serta kostum
Menentukan kapan pertunjukan akan dimulai.
Saat pertunjukan berakhir memeriksa kembali ruang make up dan tempat-tempat lainnya siapa tahu ada barang yang tertingal.
Mengatur keluar masuk penoton

Cruw Panggung.
pekerja panggung yang medekorasi panggung

Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai contoh seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggungjawab atas pola permainan panggung; (pemeran, cahaya, bunyi-bunyian, set panggung, make up, kostum, dan lain-lain). Jikalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.
Tahap perancangan sutradara

1.Memilih atau menulis naskah
2.Menganalisis naskah
3.Membuat konsep
4.Membuat jadwal latihan
5.Menentukan tempat latihan
6.Mengumpulkan pemain dan tim artistik.
7.Memimpin latihan
1.Reading
2.Memilih pemain
3.Menentukan watak
4.Menentukan irama permainan
5.Menentukan blocking atau garis pemain
6.Mempertimbangkan keseimbangan panggug
7.Penciptaan komposisi
8.Levelitas
9.Teknik muncul

Tahapan ini merupakan tahapan penggalian sekaligus pencarian bentuk dan warna.
Catatan penting bagi sutradara ketika praktek berjalan

1.Sutradara mampu mengatur kecerdasan emosinya.
2.Bersikap bijak setiap menyikapi persoalan.
3.Bersikap terbuka menerima segala masukan, berani mengambil keputusan
tentunya dengan berbagai pertimbangan.
4.Memahami psikologis tiap-tiap aktornya.
5.Mampu membaca suasana apabila situasi pemain mengalami kejenuhan.
6.Selalu menciptakan suasana yang harmonis kepada seluruh tim produksi. bila
perlu bersikap humoris.


Tahapan Pementasan.
Pementasan merupakan hasil akhir dari sebuah penciptaan pemanggungan, keberhasilan seorang sutradara dalam mengelola segala unsur penciptaan teater akan tampak pada saat pementasan.

No comments:

Post a Comment