Tuesday, February 2, 2010

Merpson Lokakarya Pekan Budaya dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tengah ke IX yang akan dilaksanakan di Palu 22-27 Juni bertempat di Palu Golden Hotel

Adapun yang dijadikan tanggapan pada tulisan ini,
Workshop Seni Pertunjukan
pada poin tiga
Workshop untuk guru-guru Kesenian baik tingkat SD, SMP, dan SMA.
Oleh
M. Noerdianza


Sebagai pecinta seni teater sangat mendukung adanya kegiatan ini. Sudah seharusnya kita memperkenalkan budaya kita kepada masyarakat luas, kalau bukan kita siapa lagi..? Tidak ada kata terlambat, kita tunjukan bahwa kita mampu berbuat melestarikan dan mengembangkan seni budaya di kota Palu Sulawesi Tengah, khususnya Indonesia dan umumnya pada dunia. Kita harus bersyukur dengan adanya klem Malaysia terhadap kesenian di Indonesia. Adanya klem tersebut membuka pikiran kita yang selama ini tertutup rapat hanya karena kepentingan individualisme, tanpa memikirkan betapa pentingnya pertumbuhan dan pelestarian seni budaya lokal, Begitu banyak gagasan-gagasan yang menarik dari Dinas Kebudayaan baik Kota maupun Propinsi. Tetapi untuk pengolahan manajemen pertunjukannya amburadul alias kacau. Kenapa hal ini terjadi? Ini sudah menjadi hukum alam siapa yang kuat dia yang dapat meskipun itu bukan bidangnya. Semoga saja masalah klasik ini tidak akan terjadi lagi.

Adanya Workshop guru-guru kesenan baik tingkat SD, SMP, SMA, para sarjana seni khususnya anak daerah diberikan tempat memberikan jasanya bagi daerahnya. Namun sebelumnya Teater sudah berbuat memberikan sumbangsih besar bagi daerahnya dengan mengadakan Workshop Teater Penyutradaraan dan Keaktoran dan waktu pelaksanaannya di bulan Oktober 2009 bertempat di Taman Budaya Kota Palu. Peserta workshop tersebut terdiri dari guru seni di tingkat SMA, Mahasiswa, Kelompok, Komunitas, dan Sanggar teater. Penulis kembali menandaskan workshop ini harus berkelanjutan tidak hanya sebatas workshop saja, melainkan semua peserta workshop penyutradaraan dan keaktoran diberikan ruang untuk berproduksi. Terlaksananya program berkelanjutan ini DKP bekerja sama dengan Dikjar, kemudian Dikjar memberi rekomendasi ke sekolah-sekolah bahwa DKP akan mengadakan Festival Teater Remaja (FTR). Semua peserta workshop penyutradaraan diterjunkan langsung ke sekolah-sekolah dan menyutradarai langsung di sekolah tersebut. Peserta terbaik dari festival Teater Remaja (FTR) akan mendapatkan piala dan piagam serta piala bergilir dari DKP. Piala bergilir tersebut akan menjadi rebutan layaknya petinju merebut sabuk emas. Tetapi dalam FTR, proses kreatif dalam penggarapan pentas yang menjadi ajang pertarungan untuk mempertahankan atau merebut piala bergilir dari DKP adalah proses kreatif penciptaan karya seni melalui drama atau teater. Oleh karena itu FTR menjadi kegitan tahunan. Dan FTR mulai berjalan di tahun 2009 bulan November. Semoga FTR berkelanjutan.

No comments:

Post a Comment